Di dunia fotografi komersial, setidaknya ada tiga konsep fotografi yang kerap diinginkan user atau pengguna jasa fotografer. Ketiganya adalah campaign photography, conceptual photography, dan soft-selling photography.
Ketiga konsep itu, menjadi hal yang kerap ditanyakan calon pengguna jasa (user) kepada para fotografer saat mereka mengikuti lelang atau tender pengadaan jasa dokumentasi dan komunikasi, dimana-mana, baik lelang di pemerintahan maupun swasta.
Apa maksud tiga konsep tersebut? Mari sedikit kita intip. Namun Angrybow tidak mengupas ketiganya, karena setiap konsep tentunya akan diterjemahkan secara berbeda oleh masing-masing fotografer sebagai seniman foto.
Campaign photography
Tak ubahnya seperti kampanye, menurut Indra Palasara, visual product design yang juga co-founder Nyka.Co Bandung, secara awam campaign photography dapat diartikan sebagai upaya menghasilkan foto yang menekankan brand awareness. Apa itu brand awareness?
"Kalau Anda lihat papan iklan, ada gambar seorang koboy di atas kuda yang berlari menuju ke tepi lereng gunung, atau mobil sport dengan nuansa merah dan putih melaju super kencang di sirkuit balap. Maka apa merek yang terlintas di pikiran Anda? Kemudian ada juga gambar iklan mie yang disajikan di dalam mangkok, lengkap dengan sayuran dan potongan telur rebus. Apa merek yang terlintas?" tanya Indra. Maka jawaban keduanya adalah Marlboro dan Indomie. Dua brand yang jelas kekuatannya di segmen tersebut.
atau
"Kalau Anda lihat foto di bawah ini? Pasti Anda paham, kemana persepsi Anda. Tentu tidak jauh dari keuangan?
Foto ini seolah menyiratkan bahwa Indonesia memiliki punggawa keuangan yang hebat. |
Kemudian, lanjut Indra, ketika ada gambar sekelompok pekerja seni visual yang sedang berjalan dan mereka menenteng sebuah laptop atau notebook berwarna putih, maka apa yang terlintas di bayangan kita? "Pasti MacBook," ungkapnya.
Apple brand awareness photo. Foto milik Detik.com |
Itulah brand awareness. Maka foto-foto yang dihasilkan adalah yang bersentuhan erat dengan segmen jualan produk tertentu. "Tentunya, bila produk jualan kita belum terkenal, bawa serta identitas produk tersebut. Pandai-pandailah fotografer menampilkannya," tutur pria yang memiliki akun https://www.freepik.com/author/umanceneng tersebut.
Conceptual photography
Author dan juga praktisi marketing Smart Mind Nevada, Amerika Serikat, M. McGee, konsep fotografi yang kerap dicari para pelaku niaga (seller) di hampir seluruh dunia adalah konsep unique and simple. Contoh produk yang paling mudah dijelaskan menurut McGee adalah sebuah iklan yang menonjolkan kekuatan warna warni dari sebuah pemandangan indah.
"Dan kalau kita lihat gambar produk itu, selalu seperti sedang bercerita tentang warna yang jelas dan beranekaragam, di manapun lokasinya. Nah, itulah ciri khas produk Philips yang selalu ingin menekankan keunggulannya di bidang penerangan yang tinggi intensitas cahaya dan durable (tahan lama, red)," ungkap McGee.
Perbedaan conceptual photography dan campaign photography adalah dari kemunculan merek. Conceptual photography jarang sekali memotret objek dengan merek yang tertera seperti pada campaign photo, namun menggantinya dengan desain merek produk itu sendiri.
Foto: Carganer commercial campaign of "Save Earth" |
Namun menggabungkan keduanya pun juga tidak salah, hanya saja kurang oke bila untuk dipakai pada commercial photography. Yang biasanya menggabungkannya menjadi campaign dan conceptual photography adalah bentuk-bentuk kegiatan sosial atau non profit.
Soft-selling photography
Konsep foto ini adalah lawan dari foto-foto yang sering kita lihat di katalog. Karena foto dalam katalog sebuah produk adalah foto hard-selling. Konsep soft-selling photography memerlukan keahlian fotografer dalam menghasilkan gambar yang selalu teringat oleh calon konsumen.
"Pendekatannya tentu agar calon konsumen tidak merasa diburu-buru atau terpaksa harus segera melakukan transaksi. Coba hasilkan gambar yang komparatif, gambar yang memberi makna tentang sebuah proses yang berujung sukses," ungkap Indra Palasara. Karena hal itu akan membuat calon konsumen membuat efek viral atau memperluas jangkauan konsumen.
Salah satu yang pernah sukses membawa Apple Inc. menjual produk iPhone pada tahun 2015-2020 adalah dengan memajang gambar hasil foto yang luar biasa. Padahal, yang di lihat di reklame segede alaihum gambreng di samping fly over hanya foto pemandangan alam, tapi detail dan warna yang dimunculkan sangat baik.
"Kita dapat lihat efek bokeh foto tersebut, meski dipajang di papan reklame raksasa. Itu seolah menegaskan bahwa kamera foto iPhone sudah melampaui kualitas kamera digital SLR. Itulah soft-selling Apple Inc. yang akhirnya membuat Shutterstock, Adobe, dan produk ahli grafis lainnya ikut berkongsi bisnis dengan Apple," ungkapnya.
Foto: Angiola Harry | Unsplash |
Dari ketiga konsep di atas, pada akhirnya mengerucut pada satu keahlian umum yang harus dimiliki, yakni memahami the power of storytelling atau pengungkapan informasi secara runut dan memiliki alur cerita.
No comments:
Post a Comment