Microstock atau macrostock? Ya, pokoknya keduanya adalah wadah untuk karya visual kita, baik foto, video, maupun desain grafis.
Macrostock adalah wadah untuk yang penggunaannya akan lebih besar magnitude-nya. Karenanya di macrostock, foto-foto yang diambil lebih 'high class' dibanding di microstock. Okelah mari kita bicarakan microstock, khususnya Shutterstock. Ada banyak microstock website, -diantaranya yang paling banyak diincar para fotografer sebagai wadah foto-foto mereka, adalah Shutterstock. Setelah Shutterstock, ada Adobe Stock. Lalu ada lagi iStock, 500px, Alamy, Freepik, dan lainnya.
Kenapa Shutterstock paling banyak digandrungi pada fotografer dan videografer? Salah satunya karena kecepatan mereka me-review foto kita dan juga dalam hal membayar kompensasi, ketika foto kita di download orang lain. Sementara microstock website yang lain, belum secepat Shutterstock dalam hal melakukan review foto kita. Untuk hal pembayaran kompensasi, sepertinya kecepatannya tidak jauh berbeda. Namun untuk review, Shutterstock memang lebih cepat.
Saat kita melakukan upload ke Shutterstock, tim mereka akan me-review. Kemudian hasilnya, foto kita ditolak (rejected) atau diterima (approve). Ketika ditolak, maka kita harus tahu penyebabnya. Mengenai penolakan, bisa dibaca di SINI untuk lebih jelasnya. Lalu apa untungnya bila kita menjadi member di microstock tersebut? Kalau bicara keuntungan finansial, maka kita harus paham dulu jenis-jenis member di Shutterstock. Singkatnya ada : Kontributor Bebas, Kontributor Premium, dan Kontributor Berlisensi.
Singkat kata, dua jenis kontributor ini, yakni Kontributor Premium dan Koontributor Berlisensi, adalah mereka-mereka yang tingkat kompensasinya (mendapat bayaran dari hasil foto mereka) cukup, bahkan sangat tinggi. Kedua jenis kontributor itu, kalau di Shutterstock merupakan kontributor kelas macrostock. Sedangkan di iStock foto, kedua jenis kontributor itu tempatnya di Getty Images, karena iStock dan Getty Images sebenarnya adalah satu. iStock adalah microstock dan Getty Images adalah macrostock. Mereka satu grup.
Para fotografer yang kelasnya sudah setara Kontributor Premium, dan Kontributor Berlisensi di Shutterstock, adalah member Getty Images (otomatis bukan iStock). Maka kembali ke keuntungan finansial untuk jenis Kontributor Bebas di Shutterstock, sebenarnya tidaklah seberapa. Bayaran foto kita, kisarannya hanya US$ 0,1 - 1 saja. Lebih baik menjadi Kontributor Premium sekalian atau yang berlisensi, atau jadi member di Getty Images. Semua tergantung niat dan keseriusan, serta diri kita sendiri, berani atau tidak mengeluarkan modal membayar menjadi kontri premium.
Apalagi untuk para fotojurnalis, Shutterstock paling hanya menjadi tempat menitipkan foto mereka yang sifatnya iseng-ising berhadiah. Namun untuk yang hanya sebatas Kontributor Bebas, wadah foto dan video di Shutterstock menjadi sesuatu yang menarik. Karena, Shutterstock bisa menjadi reviewer gratis karya-karya mereka. Para fotografer dengan member gratisan itu, setidaknya, bisa mengasah insting fotografi atau videografi mereka. Shutterstock akan memberi alasan kenapa karya-karya visual kita ditolak. Inilah salah satu keuntungannya, karena bila mengincar keuntungan finansial, no..
Bahkan ada fotografer di Shutterstock yang hanya mengupload satu foto saja, dalam sepekan bisa di download oleh 100 orang. Pekan kedua, mungkin turun menjadi sekitar 40-50 foto. Pekan ketiga dan keempat, mungkin hanya 10 downloads saja. Bulan depannya, dan seterusnya paling hanya 1-3 downloads. Seterusnya hingga 1 tahun kemudian paling hanya mendapat 0-2 downloads. Maka bila kisaran fotonya antara US$ 0,1 - 1 berarti setahun dia bisa dapat Rp 231.000 hingga Rp 2,31 jutaan. Let say Rp 3 juta per tahun. Bandingkan dengan fotojurnalis media massa yang Rp 7,5 - 9 juta per bulan.
Untuk para kontri gratisan Shutterstock yang sudah bisa membaca pasar atau mengerti foto apa saja yang paling banyak diinginkan pasar, mungkin bisa saja dalam setahun mereka mendapatkan sekitar Rp 3 juta. Tapi bagaimana dengan mereka yang belum paham soal animo pasar terhadap suatu foto? Mereka paling akan berupaya sesering mungkin menghasilkan karya foto atau video yang 'pasti' di approve dan membuat tagline (keywords) sebanyak-banyaknya, supaya foto mereka berada dalam top of the list pada cloud pencarian jenis foto atau video tertentu.
Namun hikmahnya, menjadi member pada microstok bukanlah hal yang percuma. Karena setidaknya kita bisa mengasah terus kemampuan kita menghasilkan foto-foto atau video yang di-approve oleh tim kurasi foto dan video mereka. Kemudian, ketika foto-foto kita ada di posisi yang paling banyak muncul di cloud pencarian, maka eksposur kita sebagai fotografer pemilik foto-foto di tersebut akan makin dikenali banyak orang.
Bicara keuntungan eksposur, maka lain hal lagi yang kita bicarakan. Bahkan fotografer profesional pun, ada yang rela meng-upload fotonya ke non paid microstock seperti Unsplash alias fotonya dipajang di website tersebut tanpa ada bayaran per download-nya. Tidak seperti paid microstock diantaranya Shutterstock. Namun di Unsplash, dimana foto-foto kita (yang tentunya harus lolos kurasi tim review mereka) akan dipajang dan diekspos berdasarkan kategori tagline dan judul foto kita. Kemudian, foto kita akan di download orang-orang secara gratis dengan ukuran asli.
Setiap foto yang di download orang dari Unsplash bahkan kita tidak mendapat kompensasi. Namun kompensasi lain yang jauh lebih berharga adalah eksposur alias keterkenalan kita dan foto-foto kita dari Unsplash. Dari situlah akhirnya kita kelak bisa mendapat project-project foto dari pihak lain dengan bayaran yang tinggi. Dan berikut adalah beberapa hyperlink microstock reckomendasi untuk kita bisa mendaftar ke sana:
1. Shutterstock, https://submit.shutterstock.com
2. Adobe Stock, https://stock.adobe.com
3. Unsplash, https://www.unsplash.com
No comments:
Post a Comment