Para kurator microstock akan memilah milih foto-foto mana yang bisa diterima (accepted) dan mana yang terpaksa ditolak (rejected). Apakah itu Shutterstock, Adobe Stock, Getty Images, iStock, Photos, dan lainnya, pasti mereka akan menilai foto-foto kita berdasarkan acuan kesesuaian gambar atau pakem fotografi.
Misalnya gambar ini :
Kita lihat foto di atas, bahwa pengaturan softness, white balance, dan lens flare-nya, satu sama lain mendukung sehingga menghasilkan vignette tapi tidak blur atau tidak meninggalkan ketajaman fokus.
Gambar di atas hanya salah satu contoh saja. Dan apa saja yang menjadi pertimbangan? Berikut berdasarkan penilaian panduan Shutterstock.
A. Mengenai Fokus
Bila ada pesan ini, dalam penolakan foto kita :
"The main subject is out of focus or is not in focus due to camera shake, motion blur, overuse of noise reduction, or technical limitations of the equipment used (e.g. autofocus searching, camera sensor quality, etc),"
Kemungkinan penyebabnya adalah :
- Foto kita benar-benar out of focus
- Foto kita jadi tampak soft secara tak sengaja
- Fokusnya tidak pada objek utama
- Tangan kita bergoyang atau kameranya kesenggol saat mengambil foto
- Bidang fokus berubah terus karena dibuat autofocus (hanya di video)
Contoh out of focus 1
Objek utama gagang pintu, tapi ternyata blur |
Contoh out of focus 2
Fokus pada wajah anjing terlalu soft |
Contoh out of focus 3
Fokusnya salah sasaran, seharusnya fokus pada siput tapi malah pada kayu |
Contoh out of focus 4
Blur total |
Contoh focus yang baik 1
Fokus mata yang tajam |
Contoh fokus yang baik 2
Walau depth of field pendek tapi fokus pada permukaan eskrim sangat jelas |
Contoh fokus yang baik 3
Fokus yang tepat : pada telapak kaki perempuan, pada alarm jam, dan pada orang yang sedang beraksi |
Maka sarannya adalah :
Pakailah lensa berkualitas
Lensa fix atau lensa yang memiliki panjang fokus tetap adalah pilihan yang bagus. Karena lensa fix, elemen di dalamnya lebih sedikit sehingga menghasilkan foto yang lebih tajam. Adapun lensa zoom atau lensa dengan panjang fokus bervariasi (35-700 mm, 70-300mm, dan lainnya) memang lebih serbaguna. Tetapi dia memiliki lebih banyak komponen internal, yang pada akhirnya ketajaman fokus pada objek utama lebih gampang memudar (bahkan hanya karena sedikit getaran tangan).
Temukan "sweet spot" pada lensa kita
Caranya, dengan coba-coba membidik, lalu kita lihat aperture (diafragma) manakah yang menghasilkan konten paling tajam. Setiap sweet spot lensa akan berbeda, tapi pasti akan ketemu setelah kita mengeksplorasi besar-kecilnya pengaturan apperture (diafragma kamera).
Depth of field
Ketika kedalaman ruang (depth of field) terlalu sempit, coba bidik beberapa gambar dari sudut pandang (scene) yang sama, untuk memastikan titik fokus berada di lokasi yang pas.
Gunakan aperture besar untuk close up (f/2.8, f/4) untuk menciptakan depth of field yang dangkal, yang mengaburkan latar belakang (BG) dan menarik perhatian ke objek utama (efek blur pada BG).
Jarak
Pertahankan jarak yang sama antara kamera kita dengan objek utama, bahkan bila kita ingin berpindah tempat pun. Supaya fokus tetap terjaga.
Makro
Pakailah lensa makro untuk bidikan close-up dan detail, seperti fotografi makanan. Lensa makro memiliki kemampuan untuk fokus pada objek yang sangat dekat dengan lensa.
Aperture atau diafragma
Gunakan aperture yang lebih kecil (bukaan diafragma kecil) untuk lanskap. Dengan begitu, segala sesuatunya, mulai dari latar depan hingga latar belakang berada dalam fokus.
komponen bukaan kamera (aperture atau diafragma) |
Aperture yang lebih kecil untuk lanskap misalnya f/16 atau f/22. Memastikan segala sesuatu mulai dari latar depan hingga latar belakang berada dalam fokus.
Titik fokus
Saat memotret orang, tempatkan titik fokus pada mata orang tersebut. Potret terindah bisa rusak jika matanya si model tidak fokus. Gunakan tripod untuk mengurangi goyangan kamera.
Single Focus
Untuk rekaman video, jika memilih fokus otomatis, pastikan pengaturan fokus disetel ke fokus area tunggal (single focus) dan tidak kontinyu untuk mengurangi pergeseran pada bidang fokus.
B. Mengenai Noise, Grain, dan Artifact
Bila ada kalimat ini saat foto kita di-reject, “Content contains noise, film grain, compression artifacts, pixelation, and/or posterization that detracts from the main subject,” kemungkinannya adalah terjadi multi-colored dots atau bintik multiwarna (specks), bercak warna, atau variasi kecerahan acak.
Contoh kartunisasi
Lihat degradasi langit |
Contoh pikselasi
Terlihat piksel mengganggu |
Contoh artifact
Tampak artifact lantaran kompresi file dipaksakan |
Contoh Noise/Grainy
Bisa jadi karena ISO ketinggian atau foto gelap dipaksakan terang oleh aplikasi/software |
Saran untuk persoalan noise, grain, dan artifact ini adalah :
- Gunakan ISO terendah pada setting-an kamera. ISO tertinggi pasti menciptakan noise. Begitu juga pada film, gunakan kecepatan film terendah untuk mereduksi grain.
- Pakai kamera SLR (DSLR) ketimbang kamera pocket. Karena sensor kamera poket tidak se-detail kamera DSLR.
- Dengan mengurangi noise oleh program pengolah foto, maka kompensasinya adalah kehilangan detail. Maka gunakan bantuan pengolah foto dengan bijak.
- Untuk menghindari artifact, atur hasil simpanan kamera pada RAW dan jangan terlalu destruktif saat mengedit gambar. Bila hasil simpanan kamera tetap ingin JPEG, maka pilihlah JPEG tertinggi.
- Bila harus mengkompresi hasil video-shooting maka jangan sampai dikompres hingga di bawah 4GB.
- Jangan memodifikasi resolusi hasil rekaman video atau menaikkan resolusinya, tetaplah apa adanya, apa yang didapat dari hasil shooting.
No comments:
Post a Comment